Hati-Hatilah Dalam Berkata
15.34
47 Responses
Saat istirahat siang, orang-orang yang bekerja pada gedung perkantoran berhamburan kerumah makan untuk mengisi perut, sambil berbincang-bincang santai dengan teman sekantor.
Atau memanfaatkan waktu bernegoisasi bisnis, bahkan ada yang menyempatkan diri untuk berkencan. Diantara mereka yang sibuk dengan urusan masing-masing itu, ada pula yang iseng berdebat mengunggulkan kemampuan ditengah santap siangnya, persoalan debat ini diawali dengan pemandangan dimeja sebelah, dimana tampak seorang yang kesulitan membaca menu ( mungkin kacamatanya tinggal dikantor )
“ wah…kasian, masih muda kok sudah rabun…” komentar A dengan congkak. “ kalau saya usia boleh tua, saya bisa membedakan kacang tanah dengan kedelai dari jarak sekian meter, timpalnya tidak mau ketinggalan “ B menyeletuk “ itu sih belum seberapa… saya dapat membedakan seekor semut hitam dengan semut merah yang sedang berjalan dari jarak sekian meter,” timpalnya.
Untuk membuktikan mana yang lebih hebat, kawannya yang atu lagi, si C mengusulkan untuk mengadakan pertandingan. Minggu depan dibuka sebuah toko baru, kalian bisa menguji kemampuan kalian, dengan menunjukkan siapa yang lebih mampu melihat dengan jelas papan nama toko tersebut dari jarak tertentu. Usulan ini disepakati.
Agar memenangkan pertandingan tersebut, si A melakukan perbuatan licik dengan menanyakan terlebih dahulu tulisan yang tertera pada papan nama, yang akan dipasang pada pembukaan nanti kepada pemilik toko. Begitu pula dengan B, dimana secara curang menanyakan warna tulisan dipapan nama tersebut kepada tukang yang membuatnya.
Ketika tiba hari pertandingan, dengan lantang si A berseru : papan nama itu bertuliskan BERKAH. Sedangkan B tak mau kalah dari jarak yang lebih jauh lagi , bersemangat diteriakkannya warna tulisan itu kuning mas…apa reaksi penonton? Seketika itu riuh rendah cemoohan penonton. Mengapa? Ternyata papan nama tersebut belum terpasang…!
Cerita diatas cukup menarik, keisengan atau kehebatan diri macam itu bisa terjadi dimanapun, pada orang usia berapapun. Hal ini menunjukkan pada umumnya orang suka dirinya dipuji, jika belum ada yang memuji, dia akan memuji dirinya sendiri.
“ melaksanakan sesuatu itu sulit, maka dapatkah orang tidak berhati-hati dalam berbicara? Adapun sebabnya orang merasa malu kalau ia tidak dapat melaksanakannya.”
Tapi ada juga yang cukup bijaksana, ia takkan terjebak dengan kebiasaan umum seperti itu. Apa sebab? Orang yang bijaksana itu mengutamakan tindakan yang benar tanpa tertarik lagi menggambarkan kata-kata , apa lagi memuji dirinya sendiri, dengan begitu ia tetap akan dihargai oleh siapapun.
“ sepatah kata orang bisa di anggap pintar, sepatah kata pula orang bisa dianggap bodoh, maka berhati-hatilah dalam berkata, seorang yang bijaksana terhindar dari kebiasaan umum, yang akan menjerumuskan kedalam kebodohan yang tidak disadari.”
Salam sukses
Yanuar
Atau memanfaatkan waktu bernegoisasi bisnis, bahkan ada yang menyempatkan diri untuk berkencan. Diantara mereka yang sibuk dengan urusan masing-masing itu, ada pula yang iseng berdebat mengunggulkan kemampuan ditengah santap siangnya, persoalan debat ini diawali dengan pemandangan dimeja sebelah, dimana tampak seorang yang kesulitan membaca menu ( mungkin kacamatanya tinggal dikantor )
“ wah…kasian, masih muda kok sudah rabun…” komentar A dengan congkak. “ kalau saya usia boleh tua, saya bisa membedakan kacang tanah dengan kedelai dari jarak sekian meter, timpalnya tidak mau ketinggalan “ B menyeletuk “ itu sih belum seberapa… saya dapat membedakan seekor semut hitam dengan semut merah yang sedang berjalan dari jarak sekian meter,” timpalnya.
Untuk membuktikan mana yang lebih hebat, kawannya yang atu lagi, si C mengusulkan untuk mengadakan pertandingan. Minggu depan dibuka sebuah toko baru, kalian bisa menguji kemampuan kalian, dengan menunjukkan siapa yang lebih mampu melihat dengan jelas papan nama toko tersebut dari jarak tertentu. Usulan ini disepakati.
Agar memenangkan pertandingan tersebut, si A melakukan perbuatan licik dengan menanyakan terlebih dahulu tulisan yang tertera pada papan nama, yang akan dipasang pada pembukaan nanti kepada pemilik toko. Begitu pula dengan B, dimana secara curang menanyakan warna tulisan dipapan nama tersebut kepada tukang yang membuatnya.
Ketika tiba hari pertandingan, dengan lantang si A berseru : papan nama itu bertuliskan BERKAH. Sedangkan B tak mau kalah dari jarak yang lebih jauh lagi , bersemangat diteriakkannya warna tulisan itu kuning mas…apa reaksi penonton? Seketika itu riuh rendah cemoohan penonton. Mengapa? Ternyata papan nama tersebut belum terpasang…!
Cerita diatas cukup menarik, keisengan atau kehebatan diri macam itu bisa terjadi dimanapun, pada orang usia berapapun. Hal ini menunjukkan pada umumnya orang suka dirinya dipuji, jika belum ada yang memuji, dia akan memuji dirinya sendiri.
“ melaksanakan sesuatu itu sulit, maka dapatkah orang tidak berhati-hati dalam berbicara? Adapun sebabnya orang merasa malu kalau ia tidak dapat melaksanakannya.”
Tapi ada juga yang cukup bijaksana, ia takkan terjebak dengan kebiasaan umum seperti itu. Apa sebab? Orang yang bijaksana itu mengutamakan tindakan yang benar tanpa tertarik lagi menggambarkan kata-kata , apa lagi memuji dirinya sendiri, dengan begitu ia tetap akan dihargai oleh siapapun.
“ sepatah kata orang bisa di anggap pintar, sepatah kata pula orang bisa dianggap bodoh, maka berhati-hatilah dalam berkata, seorang yang bijaksana terhindar dari kebiasaan umum, yang akan menjerumuskan kedalam kebodohan yang tidak disadari.”
Salam sukses
Yanuar
Read more...
|